Cinta adalah sesuatu yang selalu didambakan manusia. Aku rasa pernyataan tersebut bukanlah sesuatu yang klise. Walaupun banyak yang bilang kalau cinta itu misterius dan kehadirannya seperti hantu - tiba-tiba ada dan tiba-tiba lenyap - ,masih banyak yang mendambanya.
Aku sudah cukup dewasa untuk mendapatkan sebuah cinta. Akan tetapi, apa yang aku harapkan tak pernah sejalan dengan kenyataan. Ini jelas masalah.
Kalau boleh jujur, aku tidak tahu pasti apa hakikat cinta yang sebenarnya. Bukannya aku terlalu bodoh karena tidak bisa memahami kata yang terdiri dari lima karakter itu, tapi ini lebih pada pemahaman terhadap apa makna cinta itu sebenarnya.
Satu-satunya hal yang bisa aku artikan sebagai cinta adalah tatkala aku menikmati setiap menit yang kujalani dengan orang yang aku sukai. Bila aku sudah menyukai seseorang, aku tak ubahnya seperti seorang hamba yang mengabdi pada Tuhan-nya. Aku bahkan rela melakukan segala yang ia pinta dan merasa sanggup melakukan apa pun meski pada kenyataannya aku tidak terlalu mampu. Ibarat kata, rasa sukaku pada seseorang seperti sekian liter bensin yang mampu membuat sebuah mobil bergerak.
Aku, yang sudah menyukai sekian banyak orang, kadang-kadang bertanya pada diriku sendiri. Aku selalu melakukan apa yang mereka pinta dan selalu berusaha untuk memenuhinya. Tidak peduli apa pun, aku akan selalu begitu. Mungkin kedengarannya sedikit bodoh tapi memang begitulah keadaannya. Sampai pada akhirnya, aku merasa jengah sendiri. Entah darimana datangnya, sebuah pertanyaan menyeruak di sela-sela benakku. Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban pasti. Akankah orang yang kusuka akan melakukan hal yang sama? Memenuhi segala yang ku pinta dan bersedia menjadi hamba untukku. Seandainya jawaban tersebut adalah 'iya', aku lega, juga senang. Itu baru seimbang.
Nah, apakah kalau sudah seimbang bisa disebut cinta? Aku tidak tahu. Makna cinta masih samar bagiku. Sama samarnya ketika aku menatap keluar dari balik jendela kaca yang berembun. Aku bisa melihat seperti apa cinta itu namun tidak bisa menyaksikan rupanya dalam bingkai yang utuh.
Hingga saat ini, aku masih belum mengerti cinta. Barangkali memang sudah seharusnya begini.Hingga pada suatu hari nanti, cinta masih sebuah misteri.
Aku sudah cukup dewasa untuk mendapatkan sebuah cinta. Akan tetapi, apa yang aku harapkan tak pernah sejalan dengan kenyataan. Ini jelas masalah.
Kalau boleh jujur, aku tidak tahu pasti apa hakikat cinta yang sebenarnya. Bukannya aku terlalu bodoh karena tidak bisa memahami kata yang terdiri dari lima karakter itu, tapi ini lebih pada pemahaman terhadap apa makna cinta itu sebenarnya.
Satu-satunya hal yang bisa aku artikan sebagai cinta adalah tatkala aku menikmati setiap menit yang kujalani dengan orang yang aku sukai. Bila aku sudah menyukai seseorang, aku tak ubahnya seperti seorang hamba yang mengabdi pada Tuhan-nya. Aku bahkan rela melakukan segala yang ia pinta dan merasa sanggup melakukan apa pun meski pada kenyataannya aku tidak terlalu mampu. Ibarat kata, rasa sukaku pada seseorang seperti sekian liter bensin yang mampu membuat sebuah mobil bergerak.
Aku, yang sudah menyukai sekian banyak orang, kadang-kadang bertanya pada diriku sendiri. Aku selalu melakukan apa yang mereka pinta dan selalu berusaha untuk memenuhinya. Tidak peduli apa pun, aku akan selalu begitu. Mungkin kedengarannya sedikit bodoh tapi memang begitulah keadaannya. Sampai pada akhirnya, aku merasa jengah sendiri. Entah darimana datangnya, sebuah pertanyaan menyeruak di sela-sela benakku. Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban pasti. Akankah orang yang kusuka akan melakukan hal yang sama? Memenuhi segala yang ku pinta dan bersedia menjadi hamba untukku. Seandainya jawaban tersebut adalah 'iya', aku lega, juga senang. Itu baru seimbang.
Nah, apakah kalau sudah seimbang bisa disebut cinta? Aku tidak tahu. Makna cinta masih samar bagiku. Sama samarnya ketika aku menatap keluar dari balik jendela kaca yang berembun. Aku bisa melihat seperti apa cinta itu namun tidak bisa menyaksikan rupanya dalam bingkai yang utuh.
Hingga saat ini, aku masih belum mengerti cinta. Barangkali memang sudah seharusnya begini.Hingga pada suatu hari nanti, cinta masih sebuah misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar